ERP : Apa itu ERP

ERP adalah software. Bisa berjalan sebagai aplikasi desktop, bisa juga sebagai webapps (aplikasi web), dan biasanya punya aplikasi mobile...

Friday, August 23, 2013

Debat Kairo : Islam vs Kristen (1)

APAKAH ADA MANUSIA YG TIDAK BERDOSA SELAIN YESUS

Di dalam ajaran Kristen, akidah ini sangat penting. Kepercayaan penebusan dosa mereka bentuk begitu rupa, seolah-olah semua manusia berdosa. Oleh karena semuanya berdosa dan seorang pun tidak ada yang bebas dari dosa, maka sangat diperlukan seorang penebus dosa dan juru selamat. Dia harus bersih dari dosa itu.
Karena semua manusia secara turun menurun sudah bergelimang dalam dosa, maka di antara mereka tak ada seorang pun yang dapat menjadi penebus dosa. Namun, Yesus adalah Tuhan. Dia menjelma dalam bentuk jasad seorang manusia. Karenanya, dia tidak punya dosa. Selanjutnya hanya dialah yang dapat mengganti kerugian manusia dan menawarkan jadi penebus dosa.
Sekarang, kalau kita dapat membuktikan bahwa manusia atau manusia-manusia telah menjalani hidup yang bersih dan bebas dari dosa, maka pandangan agama Kristen itu berarti gugur. Ajaran penebusan dosa akan menjadi berantakan.
Orang-orang Kristen yang menganut akidah penebusan dosa, tak seorang pun yang percaya bahwa para nabi itu adalah orang-orang bersih dari perbuatan dosa. Dr. Philips sendiri bersikeras mengatakan bahwa tak ada kemungkinan ada manusia yang tidak berdosa.

Berkenaan dengan masalah penebusan dosa ini terjadi dua kali perdebatan antara saya dan Dr. Philips. Dalam perdebatan pertama dokter itu membisu seribu bahasa oleh keterangan-keterangan yang saya kemukakan. Lalu beliau meminta waktu cukup lama untuk mengadakan persiapan untuk menjawab. Itu pun dengan syarat saya harus memberikan catatan-catatan dan rujukan-rujukan (referensi-referensi) saya. Saya penuhi permintaan beliau dengan senang hati agar beliau tidak mencari alasan atau dalih. Dr. Philips dibiarkan berpikir dan mempersiapkan jawaban dalam waktu lima belas hari. Namun, tatkala perdebatan kedua diadakan, Dr. Philips lebih-lebih terpukul. Adapun dalil-dalil yang saya kemukakan, secara ringkas sebagai berikut.
Dari Perjanjian Baru secara jelas dapat kita ketahui bahwa hamba-hamba Tuhan itu terbagi ke dalam dua macam yang jahat dan ada yang baik. Orang yang mengatakan semua manusia itu berdosa, berarti dia mendustakan keterangan-keterangan Perjanjian Baru yang jelas tersebut. Injil mengatakan:
  1. “Sebab aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya” (Matius 13:17).
  2. “Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (Matius 5:45).
  3. “Seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabiNya yang kudus” (Lukas 1:70).
  4. “Sebab tidak pernah nubuwat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus, orang-orang berbicara atas nama Allah” (Surat Petrus Yang Kedua 1:21).
  5. “Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar” (Lukas 13:28).
  6. “Kita tahu bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya” (Surat Yohanes Yang Pertama 5:18).
  7. “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga ………. Sebab demikian juga yang teraniaya nabi-nabi yang sebelum kamu” (Matius 5:10-12).
Pertama:
Ayat-ayat di atas secara gamblang mengungkapkan bahwa para nabi itu suci, tak berdosa. Mereka telah diciptakan oleh Allah dan adalah penghuni KerajaanNya. Syaitan tidak pernah menyentuh mereka. Mereka dianiaya demi mempertahankan ketakwaan mereka. Adalah jelas, orang yang mencapai martabat rohani seperti itu tidak mungkin berbuat dosa. Syaitan juga tak pernah mampu mengungguli mereka. Bagaimanapun juga, orang yang suka bertengkar sekalipun, dengan adanya keterangan ayat-ayat ini, akan mengakui bahwa di kalangan Bani Adam (manusia keturunan Adam) terdapat orang-orang yang berdosa dan jahat dan ada pula orang-orang yang saleh. Tidak seluruhnya jahat dan berbuat dosa. Sekalinya kita menerima kebenaran ini, maka akidah Kristen menjadi batal dan bangunan anggun Penebusan Dosa menjadi berantakan.
Kedua:
Allah Swt. menjadikan dan mengutuskan para nabi sebagai teladan dan panutan yang terbaik. Mereka datang memberi pelajaran kepada manusia lewat imbauan. Dikatakan;….Namun bertahun-tahun lamanya Engkau melanjutkan sabarMu terhadap mereka. Dengan RohMu Engkau memperingatkan mereka” (Nehemia 9:30).
Sekarang, sekiranya nabi sendiri terlibat dalam perbuatan jahat, bagaimana mungkin mereka dapat menjadi teladan dan contoh untuk orang-orang lain dan menjadi pengawas mereka? Jelas, apabila para nabi dikatakan berdosa, hal demikian berarti nubuwatan-nubuwatan mereka dusta; dan ini jelas tidak benar dan akidah bahwa semua nabi berdosa juga batal (gugur).
Ketiga:
Kitab Suci Bibel menjadi saksi bahwa banyak sekali orang saleh dan suci telah berlalu. Mereka sepanjang hidupnya tunduk kepada Allah dan taat kepada perintah-perintah-Nya. Mereka tidak pernah membangkang. Saya akan menyebutkan beberapa di antara orang-orang suci itu:
1. Yohanes (Yahya) Pembaptis dikatakan oleh Bibel sebagai orang suci dan berakhlak yang tak bernoda. Coba baca ayat-ayat berikut:
  1. “Sebelum ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya” (Lukas 1:15).
  2. “Tangan Tuhan menyertai dia” (Lukas 1:66).
  3. “Adapun anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia harus menampakkan diri kepada Israel” (Lukas 1: 80).
  4. “Sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melingunginya” (Markus 6:20).
  5. “Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: ‘Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis’” (Markus1:4).
  6. “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripadanya’” ( Matius 11:11)
  7. “Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: ‘Ia kerasukan setan’. Kemudian anak mereka berkata: ‘Manusia datang. Ia makan dan minum, dan mereka berkata: ‘Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum. Sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya’” (Matius 11: 18).
  8. “Pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakaria, di padang gurun” (Lukas 3:2).
Dari ayat-ayat ini terbukti bahwa Yohanes (Yahya) adalah seorang suci dan bersih dari dosa. Ia seorang yang menerima wahyu Tuhan. Tangan Tuhan di atas tangannya dan dia sejak di dalam rahim ibunya sudah dipenuhi oleh Roh Kudus. Lagi pula dia pembaptis orang-orang yang berdosa untuk bertobat dan untuk menyelamatkan manusia yang penuh dosa. Dia terbesar dari antara orang-orang yang dilahirkan dari rahim perempuan. Mungkinkah insan seperti ini orang berdosa? Saya berpendapat tak akan ada orang Kristen yang berakal akan menetapkan Yohanes atau Yahya orang berdosa, terutama setelah terbukti bahwa Isa Almasih dibaptis secara khusus oleh Yohanes sendiri. Saya menyampaikan tantangan kepada semua orang Kristen untuk membuktikan berdasarkan Bibel bahwa Yohanes itu berdosa.
2. Habel anak Adam. Habel juga seorang suci dan benar dalam tiap perbuatannya. Tidak pernah melakukan perbuatan dosa. Dalam Perjanjian Baru dikatakan:
  1. “Supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakaria anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah” (Matius 23:55).
  2. “Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik itu dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati” (Ibrani 11:4).
  3. “Bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya dia membunuh? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar” (Yohanes 3:12).
3. Daniel a.s.: Menurut Bibel Nabi Daniel juga tidak berdosa. Malahan, sebaliknya dari itu, kebersihannya dari dosa didiukung oleh adanya kesaksian-kesaksian. Di dalam Bibel dikatakan tentang Daniel:
  1. a. “Pada akhirnya Daniel datang menghadapku, yakni Daniel yang dinamai Beltsazar menurut nama dewaku, dan yang penuh dengan roh para dewa yang kudus” (Daniel 4:8).
  2. b. “Maka Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu, karena ia mempunyai roh yang luar biasa dan raja bermaksud untuk menempatkannya atas seluruh kerajaannya” (Daniel 6:4).
4. Raja Nebukadnezar: “Berkatalah ia kepada Daniel: ‘Daniel, hamba Allah yang hidup, Allahmu yang kau sembah dengan tekun, telah sanggupkan ia melepaskan engkau dari singa-singa itu’? Lalu kata Daniel kepada raja: ‘Ya Raja, kekallah hidupmu! Allahku telah mengutus malaikatnya untuk mengatupkan mulut-mulut singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapanNya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan” (Daniel 6:21-23).
5. Tentang Yusyah: Di dalam Perjanjian Lama dikatakan: “Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan hidup sama seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri” (II Raja-raja 22:2).
6. Zakharia dan isterinya: Tentang keduanya dalam Injil ditulis: “Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak tercacat” (Lukas 1:6).
7. Raja Hizkia: Bibel menyebut tentang raja ini:
  1. “Ia percaya kepada TUHAN, Allah Israel, dan di antara semua raja-raja Yehuda, baik yang sudah dia maupun yang sebelumnya, tidak ada lagi yang sama seperti dia. Ia berpaut kepada TUHAN, tidak menyimpang dari pada mengikuti Dia dan ia berpegang kepada perintah-perintah TUHAN yang telah diperintahkanNya kepada Musa. Maka TUHAN menyertai dia; ke manapun juga ia pergi berperang, ia beruntung. Ia memberontak kepada raja Asyur dan tidak lagi takluk kepadanya” (II Raja-raja 18:57).
  2. “Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdo’a kepada TUHAN, ia berkata: “Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapanMu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mataMu” (Yesaya 38:2,3).
8. Samson bin Monaheh: Sebelum lahir malaikat telah memberikan kepada ibunya kabar suka tentang kelahirannya dalam kata-kata yang terang dan jelas sebagai berikut:
“Oleh sebab itu, peliharalah dirimu, jangan minum anggur atau minuman yang memabukkan dan jangan makan sesuatu yang haram. Sebab engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki; kepalanya takkan kena pisau cukur, sebab sejak dari kandungan ibunya sampai pada hari matinya anak itu akan menjadi seorang nazir Allah” (Hakim-Hakim 13:4-7).
9. Samuel Nabi: Di hadapan seluruh Bani Israel mengemukakan kesuciannya sebagai tantangan menguji kebenarannya dan orang-orang menjadi saksi atas kesuciannya itu seperti berikut:
“Di sini aku berdiri, berikanlah kesaksian menantang aku di hadapan TUHAN dan di hadapan orang yang ku-urapiNya…Dari tangan siapakah telah kuterima sogok sehingga aku harus tutup mata? Aku akan mengembalikannya kepadamu” Jawab mereka: “Engkau tidak memeras kami dan engkau tidak memperlakukan kami dengan kekerasan dan engkau tidak menerima apa-apa dari tangan siapapun.” Lalu berkatalah ia kepada mereka “TUHAN menjadi saksi kepada kamu dan orang yang diurapiNya pun menjadi saksi kepada kamu, bahwa kamu tidak mendapat apa-apa dalam tanganku.” Jawab mereka: “Dia menjadi saksi” (Samuel 12:3-5).
10. Simon. Penulis Lukas mengatakan tentang dia: “Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya” (Lukas 2:25).
11. Yusuf, suami Maryam. Tentang dia Injil menyebutnya dengan kata suci Dikatakan: “Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulis hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam” (Matius 1:19).
Saya mengemukakan nama-nama tokoh-tokoh tersebut di atas sebagai sekadar contoh. Masih banyak yang lain, Nuh, Daniel, dan Ayub a.s.; tentang mereka dikatakan:
“Hai anak manusia, kalau sesuatu negeri berdosa kepadaKu dengan berobah setia dan Aku mengacungkan tanganKu melawannya dengan memusnahkan persediaan makanannya dan mendatangkan kelaparan atasnya dan melenyapkan dari negeri itu manusia dan binatang, biarpun di tengah-tengahnya berada ketiga orang ini, yaitu Nuh, Daniel, dan Ayub, mereka akan menyelamatkan hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka, demikianlah firman Tuhan ALLAH” (Yehezkiel 14:13,14).
Pembaca yang budiman.
Uraian di atas adalah ringkasan kepada kesaksian yang saya kemukakan di dalam diskusi tersebut. Sekarang saya akan menguraikan diskusi yang terjadi di antara kami, kedua belah pihak dalam bentuk soal jawab.
Kristen: Adam telah melanggar hukum. Dia makan buah pohon terlarang. Oleh karena itu, sekarang siapa yang lahir dari keturunan Adam jadi berdosa. Karena itu kecuali Almasih semua manusia berdosa. Almasih tidak dilahirkan secara nutfah (bibit) laki-laki.
Ahmadi: Saya tidak beriktikad Hadhrat Adam itu berdosa. Tetapi, kalau kita andaikan Adam berbuat dosa, bagaimana mungkin semua orang harus menanggung dosa?
Kristen: Karena mereka lahir dari Adam dan mereka putra-putranya.
Ahmadi: Mempunyai pikiran seperti itu sangat tidak adil dan aniaya terhadap kemanusiaan. Selain itu kepercayaan seperti itu pun tidak selaras dengan Alkitab. Adam yang berbuat dosa, lalu keturunannya menanggung beban dosa sampai kiamat. Dalam Bibel tegas-tegas dikatakan:
  1. “Jangan ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah juga anak dihukum mati karena ayahnya; setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri” (Ulangan 24:16).
  2. “Tetapi anak-anak mereka tidak dihukum mati olehnya, melainkan ia bertindak sesuai dengan apa yang tertulis dalam Taurat, yakni kitab Musa, di mana TUHAN telah memberi perintah: ‘ Janganlah ayah mati karena anaknya, melainkan setiap orang harus mati karena dosanya sendiri.” (II Tawarikh 25:4).
  3. “Pada waktu itu orang tidak akan berkata lagi: Ayah-ayah makan buah mentah, dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu, melainkan: Setiap orang akan mati karena kesalahannya sendiri; setiap orang yang makan buah mentah, giginya sendiri menjadi ngilu” (Yeremia 31:29,30).
  4. “Sungguh, semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati.” (Yehezkiel 18:4).
  5. “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya. Tetapi jkalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapanKu serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia idak akan mati. Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat lagi terhadap dia; ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya” (Yehezkiel 18:20-22).
(Catatan: Bapak Pendeta itu benar-benar tidak dapat menjawab argumentasi saya).
Ahmadi: Jelas, memang, bahwa Hadhrat Maryam lahir dari nutfah (bibit) laki-laki. Berdasarkan akidah Anda ini dia juga menjadi berdosa. Karenanya, puteranya, Almasih, juga berdosa, karena beliau lahir melalui rahim ibunya.
Kristen: Almasih maksum (tidak mempunyai dosa). Kami berpendirian maryam itu tidak bebas dari dosa.
Ahmadi: Ini bukanlah jawaban yang bererti. Kalau di dalam kepercayaan Anda, dosa itu dikaitkan kepada peristiwa Adam hanya semata-mata oleh karena mereka keturunan Adam, mengapakah Isa Almasih oleh karena dosa ibunya tidak berdosa? Baiklah, mari kita teruskan. Hawa makan buah pohon terlarang bersama-sama Adam. Tetapi, menurut Bibel, dosa Hawa lebih besar karena dialah yang mula-mula makan buah itu. Adam kemudian digoda untuk makan juga. Dikatakan:
“Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya” (Kejadian 3:6).
Rasul Paulus mengatakan: “Lagi pula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh dalam dosa” (I Timotius 2:14).
Di sini jelas bahwa dosa Hawa dibanding Adam dua kali lebih besar. Kalau landasan akidah Anda dianggap benar, maka anak yang lahir dari benih laki-laki dan perempuan dia akan dapat separo dari dosa laki-laki dan separo dari dosa bagian perempuan. Berarti dia berdosa tingkat menengah. Tetapi anak yang lahir dari seorang perempuan saja dia akan mewarisi seluruh bagian dosa. Dalam kata-kata yang lain, anak yang lahir dari seorang perempuan semata bukannya jadi bebas dosa, malahan dosanya lebih besar disbanding anak-anak yang lain.
Kristen: Bukannya menjawab bantahan tersebut di atas, malahan mengatakan dalam Mazmur dikatakan: “TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Mazmur 14:2-3).
Ahmadi: Firman Tuhan ini ialah tentang kaum tertentu dari masa tertentu pula karena dalam Mazmur no. 80 juga tercantum: “Tidak sadarkah semua orang yang melakukan kejahatan, yang memakan habis umatku seperti memakan roti, dan yang tidak berseru kepada TUHAN? Di sanalah mereka ditimpa kejutan yang besar, sebab Allah menyertai angkatan yang benar” (Mazmur 14:4-5). Maka kalimat: ”Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Mazmur 14:3), tertuju hanya kepada kaum tertentu dan dialamatkan kepada orang-orang tertentu pula. Pada saat orang itu mencela atau mengejek, pemakaian bahasa menghendaki kata-kata yang bersifat umum.
Kristen: Hadhrat Daud seorang nabi, namun beliau mengambil isteri Uria dan berbuat zina dengannya. Apakah perbuatan ini bukan dosa?
Ahmadi: Saya tadinya berpikir Anda tak akan begitu berani berkata begitu dan menuduh Daud a.s. berbuat zina, karena kalimat pertama Inji mengatakan, “Yesus Kristus, yaitu anak Daud”. Kalau Anda mengatakan Hadhrat Daud seorang pezina (naudzubillah), lalu bagaimana dengan Yesus?
Kristen: Dalam silsilah keturunan Yesus yang diuraikan oleh Injil, terdapat beberapa neneknya dari pihak ayah mahupun ibu yang pernah berzina. Ini tidak mengapa, karena dia datang untuk menyelamatkan umat manusia. Demikian pula dia anak Daud dan tidak diragukan lagi Daud terlibat dalam perbuatan zina. Ini bukan saya yang mengatakannya, melainkan Bibel yang mengatakan.
Ahmadi: Saya memohon Anda merenung sejenak. Daud adalah seorang nabi pilihan Tuhan. Dia bercakap-cakap dengan Tuhan. Saya bukan seorang yang istimewa. Tetapi, saya tidak mungkin melakukan perbuatan tercela ini. Bagaimana mungkin seorang nabi Allah bisa melakukan perbuatan menjijikkan itu. Coba Anda katakan, dapatkah Anda tergoda untuk melakukan perbuatan seperti dia?
Kristen: Tidak diragukan lagi, saya tak mau melakukan perbuatan buruk seperti itu.Tetapi, tentang Daud, Bibel sendiri yang memberikan kesaksian. Apa yang dapat saya perbuat?
Ahmadi: Tuhan memberikan akal kepada kita. Melalui akal itu kita dapat membedakan antara barang tiruan dan asli, yang dusta dari yang benar. Bibel sendiri penuh dengan petunjuk yang membantah tuduhan-tuduhan terhadap Daud a.s. Cerita Bibel ini pasti dibuat-buat. Tak akan ada orang terhormat melakukan perbuatan rendah seperti ini. Apalagi satu wujud mulia, seorang nabi besar. Sebenarnya dalam Injil terdapat banyak keterangan yang menerangkan Yesus seorang berdosa. Sebagai misal:
  1. “Demikianlah Yohanes pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu” (Markus 1:4).
  2. “Yesus memberikan minuman keras kepada orang lain” (Yohanes 2:8). Padahal dikatakan tentang minuman keras; “Anggur dan air anggur menghilangkan daya pikir” (Hosea, 4:1).
  3. Menurut Injil, Yesus juga mengatakan yang dusta, karena pada Id Khayam dia menjawab kepada saudara-saudaranya: “Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ, karena waktuKu belum genap”. Demikianlah kataNya kepada mereka, dan Iapun tinggal di Galilea. Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam”. (Yohanes 7:8-10).
  4. Dari Injil juga jelas tampak Yesus menghardik dan dengan nada menghina ibunya berkata: “Mau apakah engkau daripadaKu, Ibu? SaatKu belum tiba” (Yohanes 2:4).
Selanjutnya dalam Injil banyak cerita yang merendahkan keluhuran dan kemuliaan Yesus. Jalan keluar yang terbaik dari pelbagai tuduhan ialah harus menolak cerita-cerita itu dan kita harus mengatakan bahwa keterangan-keterangan tersebut dibuat-buat. Kita harus percaya bahwa Hadhrat Daud dan Hadhrat Isa Almasih a.s. adalah nabi-nabi yang maksum (suci dan bersih dari dosa) seperti diyakini oleh umat Islam.
Kristen: Rasul Paulus adalah agamawan yang baik, dan menganggap dirinya bertakwa. Belakangan dia menyadari bahwa dia orang berdosa. Dan dia mengakui dosanya.
Ahmadi: Paulus memang seorang berdosa dan pengakuan dosa-dosanya itu pada tempatnya. Saya juga tidak berbeda pendapat dengan Anda tentang Paulus. Tetapi, yang menjadi pertanyaan ialah, adakah Bibel mengaitkan suatu perbuatan dosa kepada orang-orang yang telah saya sebut namanya, tentang mereka saya kemukakan, apakah Bibel menyebutkan dengan referensi-referensi (acuan-acuan) yang tepat? Anda telah menyita waktu lebih dari dua minggu memikirkan pokok ini.
Kristen: Yah, dari antara mereka ada seorang, Samson. Dikatakan dalam “Hakim-Hakim” bahwa dia pezina: “Pada suatu kali, ketika Samson pergi ke Gaza, dilihatnya di sana seorang perempuan sundal, lalu menghampiri dia. Ketika diberitahukan kepada orang-orang Gaza: “Simson telah datang kesini,” maka mereka mengepung tempat itu dan siap menghadang dia semalam-malaman itu di pintu gerbang kota itu, tetapi semalam-malaman itu mereka tidak dapat berbuat apa-apa, karena pikirnya: “Nanti pada waktu fajar kita akan membunuh dia”. Waktu tengah malam bangunlah ia, dipegangnya kedua daun pintu gerbang kota itu dan kedua tiang pintu, dicabutnyalah semuanya beserta palangnya, diletakkannya diatas kedua bahunya, lalu semuanya itu diangkutnyake puncak gunung yang berhadapan dengan Hebron” (Hakim-Hakim 16:1-3).
Ahmadi :
1. Ayat ini cuma menunjukkan bahwa, untuk menyelamatkan diri dari musuh-musuhnya, Samson berlindung di rumah seorang wanita yang kebetulan wanita gasang (nakal). Ini adalah kisah yang sama seperti yang diterangkan oleh Kitab Yusak, bunyinya: Yosua bin Nun diam-diam melepas dari Sitim dua orang pengintai, katanya: “Pergilah, amat-amatilah negeri itu dan Kota Yerikho. ”Maka pergilah mereka dan sampailah mereka ke rumah seorang perempuan sundal, yang bernama Rahab, lalu tidur di situ.” (Yosua 2:1). Dua laki-laki ini bukan pezina melainkan karena ingin menyelamatkan diri dari musuh, mereka datang ke rumah seorang wanita nakal. Seperti itulah kejadiannya dengan Samson.
2. Kalaupun ini diterima, yaitu Samson berzina, maka nubuatan Tuhan bahwa: “Anak itu dari sejak masih dalam perut ibunya sampai wafatnya tetap jadi nazir Tuhan” harus dikatakan tidak benar.
3. Dalam surat kepada Orang Ibrani telah dikatakan: “Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceritakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa”. (Surat kepada Orang Ibrani 11:32-33).
Dari kata-kata ini jelaslah bahwa Samson adalah seorang jujur lagi suci dan sebagai orang yang menerima janji-janji dari Tuhan. Oleh karena itu, wahai Bapak Pendeta, penarikan kesimpulan Anda tidak tepat. Saya ingin mengatakan, kalau Anda sudi sekelumit berpikir maka akan tampak bahwa cerita mengenai Samson ini tidak ada artinya bila dibandingkan dengan cerita-cerita mengenai Yesus. Seperti dikatakan oleh Injil Lukas dengan terang dan jelas tercantum:
“Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kakiNya, lalu membasahi kakiNya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kakiNya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu” (Lukas 7:37-38).
Atas dasar itu sama sekali tak dapat dibenarkan kalau Anda melemparkan tuduhan kepada Samson mengenai hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya. Selain itu saya ingin bertanya tentang mereka, orang-orang bersih lainnya, dapatkah Anda membuktikan di antara mereka itu siapa yang berdosa?
Kristen: Tidak, karena Alkitab tidak menyebutkan dosa siapa-siapa dari mereka.
Ahmadi: Bagaimanapun, di hadapan Anda paling kurang ada sepuluh orang mulia. Tentang mereka, Anda tak mampu membuktikan dosa apa pun. Malahan Bibel mengumandangkan kesucian mereka. Oleh karena itu, jelaslah pengakuan Anda bahwa kecuali Yesus Almasih semua orang berdosa tidak berdasar. Dan sekaligus akidah Anda tentang penebusan dosa ternyata dengan bukti telah batal.
* * *
Hingga di sini tukar pikiran pertama telah berakhir. Akhirnya Dr. Philips terpaksa memberikan pernyataan tertulis yang ditanda tangani dengan pengakuan bahwa Hadhrat Daud, yang sebelumnya dituduh olehnya berdosa, diakui tanpa sungkan:
Artinya: Yohanes Pembaptis, Zakharia dan isterinya, Daniel, Yoshua, Yehezkiel, dan Habel tidak disebut berdosa dalam Bibel.
MASALAH KETUHANAN ALMASIH
Tukar pikiran ini berlangsung di tempat Dr. Philips, sebuah gedung yang luas American mission. Kami berbahas selama dua jam lebih. Sebelum saya menguraikan dalil-dalil yang saya kemukakan dalam perdebatan ini, ketika satu dalil pun tak dapat dibantah oleh Dr. Philips, baiklah lebih dulu akan saya utarakan ringkasan pembicaraan yang terjadi di antara kami.
Kristen: Almasih adalah Tuhan dan Anak Allah karena dia dilahirkan tanpa bapak.
Ahmadi: Hadhrat Adam dilahirkan tanpa ibu dan bapak. Apakah ini berarti dia lebih besar, baik dari Tuhan sendiri maupun anak-Nya? Begitu pula mengenai Melkisedek, raja Salem, kita baca dalam Bibel: “Ia tidak berbapak, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya” (Ibrani 7:3).
Kristen: Dalam Injil, tentang Yesus, banyak sekali disebutkan kata “Anak Tuhan” (Dr. Philips membacakan kutipan-kutipan mengenai ini).
Ahmadi: Ayat-ayat ini tidak dapat kita artikan secara harfiah, melainkan harus diartikan sebagai kata-kata kiasan. Ada dua alasan tentang ini:
  1. Yesus sendiri menafsirkan istilah “Anak Tuhan”. Dalam rangka tafsirnya ini tingkat kedudukannya tidak melebihi nabi-nabi lainnya, malahan tampak lebih rendah disbanding dengan beberapa nabi yang lain. Dikatakan: “Aku dan Bapa adalah satu.” Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapaku yang kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melemparkan Aku?” Jawab orang-orang Yahudi itu: “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diriMu dengan Allah.” Kata Yesus kepada mereka: “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah Allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut Allah – sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan, masihkah kamu berkata kepada Dia yang telah dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutusNya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?” (Yohanes 10:30-36). Adalah jelas bahwa orang Yahudi memandang Yesus sebagai seorang manusia yang berbohong karena mengaku dirinya sebagai Tuhan. Sekiranya dia sebenarnya Tuhan, dia tentunya mengaku terus terang bahwa dia memang Tuhan. Namun, dia menjawab bahwa tentang para nabi-nabi dan orang-orang suci di masa lalu dikatakan: Kamu tuhan.” Karena itu apa salahnya kalau dia mengatakan dia “Anak Tuhan” dalam artian, sebagaimana halnya nabi-nabi masa lalu disebut Tuhan. Dalam artian seperti itulah Yesus juga disebut anak tuhan, secara kiasan, bukan harfiah, bukan dalam arti hakiki.
  2. Kata “Anak Tuhan” banyak sekali digunakan oleh Bibel untuk orang-orang lain. Kita cantumkan di sini:
    1. “Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anakku, anakKu yang sulung” (Keluaran 4:22).
    2. “Kamulah anak-anak TUHAN, Allahmu” (Ulangan 14:1).
    3. “Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediamanNya yang kudus” (Mazmur 68:6).
    4. “Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu dan dialah yang akan menjadi anakKu dan Aku akan menjadi bapaNya; Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya atas Israel sampai selama-lamanya”. (II Samuel 7:13,14).
    5. “Aku telah memilih dia menjadi anakKu dan Aku akan menjadi bapanya” (I Tawarikh 28:6 dan 22:10).
    6. “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Matius 5:19).
    7. “Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” (Matius 5:45).
    8. “Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapa, yaitu Dia yang di sorga.” (Matius 23:9).
    9. “Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari padaNya” (I Yohanes 5:1).
    10. “Anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah.” (Lukas 3:38).
    11. “Kita ini dari keturunan Allah juga” (Kisah Rasul-Rasul 17:28).
    12. “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah” (Roma 8:14).
    13. “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah” (Roma 8:14)
    14. “Dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai berai” (Yohanes 11:52)
    15. “Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukannya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya ia, Anaknya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara” (Roma 8:29)
    16. “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (I Korintus 3:16)
    17. “Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anakKu laki-laki dan anak-anakKu perempuan” (II Korintus 6:18)
    18. “Anak-anak Allah yang hidup” (Hosea 1:10)
    19. “Aku telah menjadi bapa Israel, Efrain adalah anak sulungKu” (Yeremia 31:9)
Dari kutipan di atas adalah jelas bagaikan terangnya siang bolong bahwa
Bibel menyebutkan kata “Anak” dalam artian kasih dan sayang semata. Dan tidak diragukan bahwa status Hadhrat Almasih atau Yesus adalah seorang nabi yang dikasihi Tuhan.
Kristen: Perjanjian Lama juga dengan jelas mengatakan, bahwa Almasih adalah Tuhan dan Rab (Lord).
Ahmadi: Ini tidak benar. Coba lihat tafsir Injil Matius yang diterbitkan oleh “The Nile Publishing House”, halaman 178, di sana ditulis: “LAM YULIN ‘AN NAFSIHI MAN HUWA WALAM TAKUN NUBUWAAT AL’AHDIL QADIMI MUWADDHIHAH LAHUTAHU JALIYAN.” Artinya: Tentang diri sendiri Almasih tidak mengemukakan siapa, begitu pula nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama tidak menunjukkan secara jelas tentang ketuhanannya…’
Kristen: Telah diutarakan oleh Yesaya: “sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu petanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel. Ia akan makan dadih dan madu sampai ia tahu menolak yang jahat dan memilih yang baik” (Yesaya 7:14, 15).
Ahmadi: Mari kita andaikan nubuatan ini cocok untuk Almasih. Meskipun demikian tidak membuktikan bahwa dia adalah Tuhan atau anak Tuhan. Tetapi, sebenarnya ialah, nubuatan ini tidak kena kepada Almasih. Sebabnya ialah:
  1. Ibundanya sendiri tak memberikan nama “Imanuel”, melainkan “Yasoo.” Kata ini secara maknawi tidak dapat diterapkan pada Almasih karena arti Imanuel ialah: “Tuhan bersama kita.” Yesus berkata: “Eloi, Eloi. Lama sabakhtani?” yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Markus 15:34). Jadi jelas, kata Imanuel, dalam kata maupun makna, tidak dapat dikenakan kepada Almasih. Ini hanya cocok untuk Nabi Muhammad s.a.w., secara maknawi kata ini tepat untuknya. Pada saat sangat gawat penuh bahaya, di saat orang gagah berani pun jantungya akan berdebar-debar, Nabi Muhammad s.a.w. menyatakan dengan penuh keberanian dan keyakinan kepada Abu Bakar Siddiq: “La Tahzan Innalaha Ma’ana (Artinya: jangan khawatir, Dia pasti bersama kita).
  2. Hal ini juga tidak dapat Anda buktikan bahwa Yesus Almasih telah makan dadih susu dan madu. Karena itu tidak layak Anda menyebut sesuatu yang tidak didukung oleh dalil yang kuat.
Kristen: Dalam ayat ini ada kata anak dara dan selain Maryam, bunda Almasih, tak ada anak dara yang melahirkan anak.
Ahmadi: Memang, kami juga beriktikad bahwa Almasih karena Qudrat Illahi yang tak mengenal batas itu dilahirkan tanpa perantaraan bapak. Tetapi, bagaimanapun dalam kitab Yesaya dikatakan, dalam bahasa Ibrani, kata itu tidak diuntukkan bagi anak dara (gadis) saja, melainkan digunakan juga untuk wanita-wanita muda yang bukan gadis lagi atau yang sudah bersuami.
Kristen: Saya mengetahui bahwa orang-orang Ahmadiyah dalam hal ini menggunakan dalil orang-orang Jerman atheis.
Ahmadi: Saya tidak tahu bahwa para ilmuwan dan peneliti Jerman sepaham dengan kami. Apa yang saya katakan ialah didukung oleh bahasa Ibrani. Silahkan periksa kamus Ibrani yang mendukung uraian saya. Selain itu kata tersebut juga terdapat dalam kitab Amsal 30:19, Bibel yang diterjemahkan oleh golongan Anda sendiri ke dalam bahasa Arab “Fataah” (wanita muda).
Kristen: Saya kemukakan satu nubuatan lagi yang secara jelas menunjukkan bahwa Almasih adalah anak Tuhan dan bukan sekadar nabi dan rasul, yaitu: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang; Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas tahta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.” (Yesaya 9:5-6)
Ahmadi: Apakah Anda punya dalil untuk menyatakan bahwa nubuatan ini dapat diterapkan untuk Yesus Almasih? Karena, nubuatan ini menerangkan bahwa anak itu akan menjadi “Tuhan Yang Kuasa, Bapa Yang Kekal”. Menurut agama Anda Almasih bukanlah “Bapa”, melainkan “anak Tuhan”. Tidak pula Yesus itu “Kuasa” bahkan, pada pemandangan Anda, dia manusia yang begitu rupa tak berdayanya sehingga orang Yahudi membunuhnya dengan cara yang mengerikan. Yesus tidak pula “Pangeran Perdamaian” (Prince of Peace) bahkan dia sendiri mengatakan: “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang” (Matius 10:34).
Kristen: Nubuatan ini cukup jelas menunjukkan dan mengukuhkan Yesus adalah Tuhan.
Ahmadi: Saya telah menegaskan, nubuatan ini tidak kami percayai menjadi genap pada diri Yesus. Tetapi, kalaupun pengandaian ini kita terima seperti yang Anda artikan, maka saya katakan, ini adalah kata-kata kiasan. Di dalam Bibel banyak kita dapatkan contohnya seperti berikut:
  1. Berfirman TUHAN kepada Musa: “Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu” (Keluaran 7:1).
  2. “Ia harus berbicara bagimu kepada bangsa itu, dengan demikian ia akan menjadi penyambung lidahmu dan engkau akan menjadi seperti Allah baginya.” (Keluaran 4:16).
  3. “Aku sendiri telah berfirman: “Kamu adalah Allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian” (Mazmur 82:6).
Demikianlah percakapan yang menyangkut keterangan pendeta itu kami tulis secara ringkas. Saya sangat berharap bapak pendeta yang terhormat itu akan menyebutkan mukjizat-mukjizat Yesus dalam diskusi itu. Namun, dia sama sekali tidak mengarah ke situ. Karena itu, untuk sementara ini kami tak akan membicarakan masalah ini dan kami tunda sampai kesempatan yang lain.
Sekarang, baiklah saya cantumkan secara singkat dalil-dalil yang saya kemukakan dalam ajang tukar pikiran itu guna membantah ketuhanan Almasih. Seandainya ada pendeta yang merasa mampu membantah dalil-dalil saya, maka kami dengan ini menyampaikan undangan secara terbuka kepada khalayak umum umat Kristen. Bahkan Dr. Philips berusaha pun tidak mampu untuk membantahnya.
  1. Sedikit pun tak ada bukti bahwa Injil menempatkan martabat Almasih lebih dari nabi dan rasul. Adalah jelas seorang rasul tidak dapat menjadi Tuhan. Dalil-dalil kami didukung ayat-ayat yang berikut:
    1. “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yohanes 17:3).
    2. “Barang siapa menyambut seorang anak seperti ini dalam namaKu, ia menyambut Aku. Dan barang siapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku” (Markus 9:37).
    3. “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Matius 15:24).
    4. “Aku menuruti perintah Bapaku dan tinggal di dalam kasihNya” (Yohanes 15:10).
    5. “Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah” (Yohanes 8:40).
    6. “Barang siapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku” (Matius 10:40).
Adalah jelas, Almasih hanya seorang nabi semata, bukan Tuhan sendiri.
  1. Tuhan itu hanya bisa dikenal melalui sifat-sifatNya. Kalau sifat-sifat Ilahi itu ada pada Yesus, Anda pantas menamakan dia Tuhan. Namun, hakikatnya adalah sebaliknya. Pada Almasih tidak terdapat sifat Ilahiyah. Karena itu, pengakuan akan ketuhanannya tidak benar dan bertentangan dengan kebenaran.
Mari kita perbandingkan sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan Tuhan dengan tindakan-tindakan dan perbuatan-perbuatan Yesus.
  1. Tuhan tidak layak minta doa dari siapapun juga, bahkan orang meminta dan memohon kepadaNya. Adalah sunah (tradisi) Tuhan mengabulkan doa orang baik-baik dan bijak. Dikatakan: “TUHAN itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang benar didengarNya” (Amsal 15:29). Almasih sendiri berdoa, memohon kepada Tuhan, seperti tersebut dalam Injil: “Akan tetapi ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa” (Lukas 5:16), dan Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa” (Lukas 22:44); dan “Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa” (Matius 26:36); kemudian: “Dalam hidupNya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia yang sanggup menyelamatkannya dari maut dan karena kesalahannya ia telah didengarkan” (Ibrani 5:7). Kalau Yesus itu Tuhan (Rab) kepada siapa dia mohon doa dan meminta pertolongannya? Ayat-ayat ini membuktikan bahwa Almasih bukan Tuhan.
  2. Sifat Allah itu kuasa mutlak atas segala sesuatu (baca II Korintus 6:18). Namun, Yesus tidak kuasa sama sekali. Karena itu dia bukan Tuhan. Adapun bukti bahwa Yesus tidak kuasa terdapat dalam ayat-ayat Injil ini: “Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriKu sendiri” (Yohanes 5:30); Ia tidak dapat mengadakan satu mukjizat pun di sana. (Markus 6:5). “Ketika Herodes melihat Yesus, ia sangat girang. Sebab sudah lama ia ingin melihatNya, karena ia sering mendengar tentang Dia, lagipula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda. Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, tetapi Yesus tidak memberi jawab apapun” (Lukas 23:8,9). “Karena sekalipun Ia telah disalibkan oleh karena kelemahan (II Korintus 13:4).
  3. Allah itu Maha Mengetahui segala yang gaib. Tidak ada yang tersembunyi daripadaNya. Dia tahu segala yang ada di langit dan di bumi serta segala makhluk: “Maka Engkau pun kiranya mendengarkannya di sorga, tempat kediaman-Mu yang tetap, dan Engkau kiranya mengampuni, bertindak, dan membalaskan kepada setiap orang sesuai dengan segala kelakuannya, karena Engkau mengenal hatinya sebab Engkau sajalah yang mengenal hati semua anak manusia” (I Raja-Raja 8:39). Sebaliknya, Yesus sedikit pun tidak tampak memiliki sifat ini. Keterangan Injil yang berikut ini menjadi saksi, yaitu:
a) “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja” (Markus 13:32).

b) “Pada pagi-pagi hari dalam perjalananNya kembali ke kota, Yesus merasa lapar. Dekat jalan ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja” (Matius 21:18,19).
c) Lalu kata Yesus: “Siapa yang menjamah Aku? Dan karena tidak ada yang mengakuinya, berkatalah Petrus: “Guru orang banyak mengerumuni dan mendesak Engkau.” Tetapi Yesus berkata: “Ada seorang yang menjamah Aku, sebab Aku merasa ada kuasa keluar dari diriKu’.”(Lukas 8:34,36).
d) “Kepadamu akan Kuberikan kunci kerajaan Sorga. Apa yang kau ikut di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang aku lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga” (Matius 16:19).
“Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagiKu, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (Matius 16:23).
e) Yudas adalah salah satu dari kedua belas murid Yesus. Dia mengkhianati Yesus. Meskipun demikian kata Yesus kepada mereka (termasuk Yudas): “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di tahta kemuliaan-Nya, kamu yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas tahta untuk menghakimi kedua belas suku Israel” (Matius 19:28).
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Yesus tidak tahu ilmu gaib (segala yang gaib) dan tidak bisa tahu tentang yang tersembunyi. Bahkan hal-hal biasa (seperti musim buah ara) tidak tahu. Karena itu, mengatakan Yesus itu Tuhan jelas-jelas salah.
  1. Adalah keagungan Tuhan bahwa Dia tidak mungkin bisa mati: “Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri” (I Timotius 6:16). Akan tetapi sebaliknya Yesus mati. Dikatakan: “Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita” (Roma 5:6). Jelas Yesus bukan Tuhan.
  2. Allah Ta’ala semata yang dapat memberikan najat (keselamatan) kepada manusia yang menyelamatkannya dari kehancuran. Daud a.s. mengatakan: “TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya” (Mazmur 34:19). Yesus tidak dapat membebaskan orang dari musibah-musibah. Malahan pada saat menghadapi musibah, meminta keselamatan dari Tuhan. Dikatakan: “Jiwaku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku” (Yohanes 12:27). Karena itu mempercayai Yesus sebagai tuhan adalah salah.
  3. Allah Ta’ala tidak takut atau khawatir terhadap siapa pun. Tetapi Yesus tidak begitu. Dia takut dari orang–orang Yahudi seperti tersebut dalam ayat-ayat Injil ini: “Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi” (Yohanes 11:53,54). Yesus melarang murid-muridNya supaya jangan memberitahukan kepada sesiapa pun bahwa Ia Mesias (Matius 16:20). “Ia pun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam” (Yohanes 7:10). Jelas tidak layak menetapkan seorang penakut sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa.
  4. Tuhan adalah Dia yang bertindak, berkuasa di langit dan di bumi. Kekuasaan-Nya berlaku di segala tempat. Keputusan-Nya tidak dapat ditolak, dan tidak dapat dihentikan. Adapun Yesus, setiap orang di antara kita tahu bahwa dia tidak demikian. Dia sendiri mengatakan, “Cawanku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kananKu atau di sebelah kiriKu, Aku tidak berhak memberikannya” (Matius 20:23). “Ya Bapaku, jikalau sekiranya mungkin, biralah cawan ini lalu daripadaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Matius 26:39). Dengan demikian jelas Yesus bukan Tuhan.
  5. Allah Ta’ala ada di atas semua makhluk-Nya, tidak dapat diuji oleh siapa pun, tidak dalam arti baik atau buruk. Rasul Yakub mengatakan: “Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencoba siapa pun” (Yakobus 1:13). Tetapi Injil menerangkan kepada kita bahwa syaitan menguji Yesus bukan selama satu-dua hari, melainkan selama empat puluh hari penuh. Kemana dibawa, ke situ dia pergi (Baca Lukas 4:1-13).
  6. Bibel mengatakan: “Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya” (I Tawarikh 16:34), namun dari Injil tampak bahwa Yesus tidak terima sifat “baik” untuk dirinya. Dikatakan: “Jawab Yesus: Mengapa kau katakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari Allah saja” (Markus 10:18). Oleh karena itu, Yesus bukan Tuhan.
  7. Allah tidak tidur. Dalam Mazmur dikatakan: “Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur” (Markus 4:37,38).
  8. Tuhan tidak terbunuh. Bila terbunuh, dia bukan Tuhan. Dikatakan: “Apakah engkau masih akan mengatakan di hadapan pembunuhmu: Aku adalah Allah!? Padahal terhadap kuasa penikammu engkau adalah manusia, bukanlah Allah” (Yehezkiel 28:9). Tetapi tentang Yesus dikatakan: “Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh” (Kisah Para Rasul 5:30). Dalil apa yang dapat diberikan orang Kristen yang membuktikan, Almasih itu Tuhan, padahal mereka meyakini bahwa dia terbunuh?
  9. Tidak ada yang lebih besar daripada Tuhan. Dia mutlak paling luhur. Tetapi Bibel mengatakan tentang Yesus: “Bapa lebih besar daripada Aku” (Yohanes 14:28). Kata Paulus: “Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepada dari tiap-tiap perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah” (I Korintus 11:3).
  10. Di antara sifat-sifat Allah Ta’ala, Dia menghidupkan orang-orang mati. Dikatakan: “Hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati” (II Korintus 1:9). Yesus, daripada menghidupkan orang yang sudah mati, dia sendiri mati. Tuhanlah yang membuatnya hidup. Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati (Kisah Para Rasul 13:3). Jelas Almasih bukan Tuhan, melainkan seorang hamba Allah yang baik yang oleh Allah dianugerahi nikmat-nikmat-Nya dan diutus sebagai tokoh teladan bagi kaum Bani Israel.
  11. Tak ada yang menyamai atau menyerupai Tuhan. Tak ada sekutu dalam sifat-sifat, zat, dan perbuatan-perbuatan-Nya. Tetapi, Yesus adalah seorang manusia seperti manusia-manusia lainnya. Tinggal di dalam rahim ibunya selama beberapa masa baru lahir, lalu “Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya (Lukas 2:40). Dia sendiri berkata tentang dirinya: “Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: “Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya” (Matius 11:19). “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Lukas 9:58). “Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya” (Matius 21:3). “HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggalah di sini dan berjaga-jagalah (Markus 14:34), “Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hatiNya. Ia sangat terharu dan berkata: “Di manakah dia kamu baringkan?” Jawab mereka: “Tuhan, marilah dan lihatlah!” Maka menangislah Yesus.” (Yohanes 11: 33 – 35). Dia merasa lapar juga, yaitu dia memerlukan segala yang dihayati oleh manusia. Akhirnya menurut orang-orang Kristen Yesus dibunuh. Mungkinkah orang seperti tersebut ini menjadi Tuhan dan masuk akalkah mengatakan dia Rab hingga layak dimintai pertolongannya? Tidak mungkin. Kalau dianggap Tuhan dia dan para penyembahnya jelas lemah. Pada hakikatnya mereka belum mengenal sepenuhnya Tuhan yang sejati. Tuhan itulah Dia Yang Memiliki segala kekuatan dan menguasai segala sesuatu.
BENARKAH ALMASIH MATI DISALIB?
Masalah ini merupakan salah satu masalah perselisihan penting antara orang Islam dengan orang Kristen. Bila terjadi percakapan mengenai keagamaan dengan seorang gerejawan, biasanya dia memulai dengan mengatakan; Lihatlah, meskipun terdapat permusuhan yang sangat tajam antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen tetapi keduanya sepakat bahwa Yesus mati disalib dan dokumen-dokumen Pemerintah Roma juga membuktikannya. Tetapi enam ratus tahun sesudah Almasih di Gurun Sahara Arab muncul satu orang, dan bertentangan dengan pandangan seluruh dunia, dia mengumumkan: Almasih tidak mati atau dibunuh di palang salib. Apakah kata-kata orang ini dapat dipercaya?
Wahai orang-orang beriman, katakanlah, bahwa kata-kata itu adalah benar. Sayang orang yang menentang tidak memahaminya. Memang Rasulullah s.a.w. seorang ummi (buta aksara) meskipun begitu, berbeda dengan kepercayaan semua bangsa dan kaum, beliau membuktikan pernyataannya dengan dalil-dalil yang tidak terbantahkan. Hal ini adalah mukjizatnya yang besar dan merupakan bukti pula atas kebenaran pengakuan beliau itu.
Berkenaan degan kematian Almasih di atas salib, masalah yang penting ini adalah yang menjadi topik tukar pikiran di Kairo pada tanggal 17 Maret 1933 dengan Dr. Philips, untuk masalah itu dia mengadakan persiapan secara khusus. Dalam ajang tukar pikiran ini dia didampingi oleh dua orang pendeta lainnya, yaitu Tuan Kamil Mansoor dan Dr. Elder. Ketiga pendeta tersebut tampil silih berganti. Meskipun begitu mereka gagal dan kecewa di hadapan tidak kurang dari tujuh puluh orang terpelajar dan intelek yang hadir. Begitu lucu pemandangannya ketika Pendeta Kamil Mansoor tak mampu bertahan, berdiri dengan lidah kelu bagaikan terikat, berbicara tak menentu lalu duduk sebelum habis waktu yang ditetapkan untuknya.
Kemudian Dr. Elder berdiri dengan penuh semangat dan berapi-api, tetapi dia pun tercengang lalu terdiam. Lalu bangkit Dr. Philips, namun dia juga sama dengan kawan-kawannya, tak mampu bertahan kecuali mengemukakan beberapa uraian Rasul Paulus. Akhirnya, pihak debater Islamlah yang tegak terus secara tunggal. Allah Taala membantu memenangkan hambaNya, tauhid mengalahkan trinitas secara terbuka. Merupakan pemandangan yang menarik. Mereka yang hadir waktu itu sungguh beruntung. Mereka mendengar dan menyimpan dalam ingatannya. Saat pulang Tuan Kamil Mansoor mengatakan kepada saya, “Sayang, alangkah baiknya sekiranya tuan seorang Kristen, karena tuan mempelajari agama Kristen lebih daripada kami.” Saya jawab: “Bukan Tuan Pendeta, bukan begitu. Saya mempelajari agama Kristen supaya orang seperti Tuan ini dapat saya masukkan ke dalam agama Islam suci. Adalah kewajiban Tuan menerima kesaksian saya dan kembali ke dalam agama benar di sisi Allah, agama Islam.”
Singkatnya, ajang tukar pikiran itu merupakan kemenangan Islam dan kekalahan Kristen secara terbuka dan terang-terangan. Melukiskannya secara penuh sungguh sukar.
Sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh Dr. Philips adalah tugas saya berbicara hari ini tentang masalah tersebut berdasarkan Bible semata. Meskipun menurut akidah Bibel itu sudah mengalami perubahan-perubahan seperti diketahui oleh Dr. Philips. Adalah akidah orang Kristen bahwa Yesus telah mati di atas kayu salib menebus dosa mereka.
Keyakinan saya, Allah Taala telah menyelamatkan Yesus dari kematian di atas kayu salib, seperti halnya Dia menyelamatkan nabi-nabi lainnya, sesuai sunnah-Nya, orang mau membakar Nabi Ibrahim a.s. dan memasukkannya ke dalam api. Tetapi, api itu didinginkan oleh Allah Taala. Dr. Zwimer menulis dalam “Rahasia Ajaib” (Assir Al’Ajeeb) bahwa “Yeremiah diikat dengan tali lalu dibuang dalam sumur yang dalam, namun diselamatkan oleh Allah.” Demikian pula Allah telah menyelamatkan tiga orang teman Daniel ketika mereka diikat dan diseret untuk dimasukkan dalam tannur yang sedang menyala-nyala (hal. 67). Seperti itu pula orang-orang Yahudi ingin membunuh Yesus di atas kayu salib supaya terbukti bahwa dia terkutuk. Tetapi, Allah Taala menyelamatkannya dari kematian terkutuk itu, bahkan menjadikannya orang mulia.
Singkatnya, kematian Yesus di atas kayu salib tidak terbukti secara meyakinkan. Sebelum saya mengemukakan peristiwa salib dan hakikatnya berdasarkan Injil, saya ingin menyebutkan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Yesus tidak mati di kayu salib, seperti berikut:
Pertama: Taurat mengatakan tentang pendusta yang mengaku menjadi nabi: “Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu….” (Ulangan 13:5). Lalu Taurat mengatakan: “Apabila seseorang berbuat dosa…terkutuk oleh Allah” (Ulangan 21;22,23). Almasih jelas menyatakan dirinya seorang nabi, sedang orang-orang Yahudi menganggapnya pendusta (naudzubillah). Kalau, umpamanya, kita katakan orang-orang Yahudi menaikkannya di atas kayu salib dan mati di atas kayu salib itu, maka kesimpulan logisnya ialah dia memang benar mati terkutuk di atas kayu salib (naudzubillah). Karena itu, maka orang-orang Kristen menganut akidah kematian Almasih di atas kayu salib dan mempercayainya terkutuk. Dikatakan: “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis; “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” (Galatia 3;13). Iktikad Kristen ini salah sekali, karena menarik kesimpulan Almasih tidak benar (naudzubillah) dalam pengakuannya sebagai nabi, malahan dusta dan mengada-ada. Singkatnya, kematiannya di atas kayu salib itu menafikan atau membohongkan sesuai dengan rencana orang-orang Yahudi. Akan tetapi, Almasih itu orang benar; oleh sebab itu akidah kematian di atas kayu salib itu hanya hikayat belaka.
Kedua: Menurut pandangan Kristen, kematian Yesus di atas kayu salib itu adalah “suatu keharusan” karena melalui cara yang aneh ini dosa mereka tertebus. Menurut segi pandang Injil, untuk meraih najat (keselamatan) kematian Almasih di atas kayu salib itu tidak diperlukan. Almasih mengatakan: “Di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” (Matius 9:6). Keterangan Almasih ini diberikan ketika dia masih hidup. Jelas bahwa untuk menebus dosa, kematiannya di atas kayu salib bukanlah suatu keharusan.
Ketiga: Orang Kristen mengatakan, Yesus terbunuh untuk menyelamatkan mereka agar menjadi penebus dosa mereka. Kalau tidak mati di salib berarti kabar suka dari Paulus dan kepercayaan orang-orang Kristen akan menjadi sia-sia. Saya mengatakan, memang benar Yesus tidak mati di atas kayu salib dan dakwah Anda itu salah. Kematian di atas kayu salib itu bertentangan dengan kehendak Allah dan dengan misi yang diembannya. Allah sendiri menyatakan:
“Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran” (Hosea 6:6). Dan: “Pergilah dan pelajarilah arti firman ini: yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil oranng benar, melainkan orang berdosa (Matius 9:13).”
Jelas Allah mengkehendaki kasih saying, bukan kurban, untuk memperoleh kasih sayang-Nya jalan satu-satunya ialah bertobat, yang untuk itu Yesus menyeru sepanjang hidupnya. Tidak ayal lagi kalau Yesus mati di kayu salib, kematian demi menebus dosa manusia adalah berlawanan dengan kehendak Allah dan dengan kedudukan Yesus sendiri.
Keempat: Dalam Injil Matius dikatakan:
“Jawabanya kepada mereka: ‘Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam (Matius 12:39,40).
Untuk mengetahui apakah Nabi Yunus tetap hidup dalam perut ikan atau mati, bacalah kata-kata Kitab Yunus yang mengatakan:
“Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya. Berdoalah Yunus kepada TUHAN, Allahnya, dari dalam perut ikan hiu” (Yunus 1:17 dan 2:1).
Yesus telah memberikan contoh, mukjizat Nabi Yunus sebagai pegangan bagi keturunannya dan ini jelas Yunus masuk perut ikan dalam keadaan tetap hidup, tinggal dalam perut ikan juga dalam keadaan hidup keluar dalam keadaan hidup. Karenanya Yesus juga harus dimasukkan ke liang kubur hidup-hidup dan dikeluarkan juga hidup-hidup. Kalau tidak, janji Yesus dan satu-satunya mukjizatnya menjadi sia-sia. Hanya ada dua jalan bagi orang-orang Kristen: Mengingkari kematian Yesus di kayu salib dan mempercayai bahwa dia diselamatkan dari kematian di kayu salib itu hidup-hidup, sesuai dengan kepercayaan kami. Dalam keadaan seperti ini nubuatan Almasih akan genap dan akan terbukti pula mukjizatnya. Atau, tetap menganut akidah kematiannya di atas kayu salib dan ini berarti mereka membantah mukjizat tersebut. Tetapi, perlu diingat, bahwa menerima kepercayaan ini berarti dia mengaitkan persamaan dengan mukjizat Yunus. Karena itu adalah tepat bila dikatakan bahwa Almasih sekali-kali tidak mati di atas kayu salib.
Kelima: Ketika Yesus mengetahui tentang kisah salib dan niat jahat orang-orang Yahudi, menurut Lukas: “Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira seperlempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kataNya: ‘Ya Bapaku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini daripadaKu; tetapi bukanlah kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang terjadi’. Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepadaNya untuk memberi kekuatan kepadaNya” (Lukas 22:41-43).
Almasih mendoa dengan segala kerendahan hati agar dia diselamatkan dari maut yang hina dan mengerikan itu. Cawan itu adalah cawan maut. Sekarang timbul pertanyaan: Apakah doa Yesus ini didengar atau tidak? Kalau didengar, kepercayaan bahwa dia mati di atas salib berarti batal. Sebaliknya, kalau tidak didengar berarti diragukan apakah dia benar atau tidak, karena dalam Kitab Amsal dikatakan:
“TUHAN itu jauh daripada orang fasik, tetapi doa orang benar didengarnya” (Amsal 15:29).
Yang benar ialah, Allah Taala telah mendengar ratap tangisnya, sesuai dengan kebiasaan dan sunah-Nya. Almasih pasti diselamatkan dari kematian di atas tiang salib yang terkutuk itu.
Keenam: Dalam “Surat Kepada Orang Ibrani” dikatakan:
“Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkanNya dari maut, dan karena kesalehanNya ia telah didengarkan” (Ibrahim 5:7).
Ini adalah nubuatan dan keterangan tentang kejadian yang sebenarnya. Nubuatan ini membenarkan ayat dalam Amsal seperti berikut:
“Takut akan TUHAN memperpanjang umur, tetapi tahun-tahun orang fasik diperpendek” (Amsal 10:27).
Nubuatan ini tidak dapat menjadi genap kecuali kita mengakui bahwa Yesus telah diturunkan dari tiang salib dalam keadaan hidup. Adalah disebabkan kabar suka ini Yesus tetap tenang-tenang saja sampai saat-saat terakhir, karena dia yakin tidak akan mati di tiang salib dia mengadu: “Tuhanku, mengapa Kau tinggalkan daku.” Dia mengingatkan Tuhan akan janjiNya; karena Allah selalu memenuhi janjiNya, maka menyelamatkan Almasih dari kematian di atas tiang salib. Orang melihat dia dalam keadaan tidak sadar maka dikira mati, lalu dia diturunkan.
Ketujuh: Dari Injil dapat kita ketahui bahwa Allah telah menyediakan sarana-sarana luar biasa demi menyelamatkan Yesus dari cengkeraman maut. Di antaranya ada kejadian-kejadian ajaib digambarkan dalam kitab-kitab Injil. Satu diantaranya Tuhan telah memperlihatkan mimpi kepada isteri Pilatus, lalu dia memberitahukan kepada suaminya:
“Jangan engkau campuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita mimpi tadi malam” (Matius 27:19).
Tampak di sini, Allah mengkehendaki supaya Almasih diselamatkan dari maut. Siapa yang bisa membendung iradah Illahi.
Kedelapan: Injil Matius menerangkan bahwa Almasih itu gembala Bani Irael.
“Dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umatKu Israel” (Matius 2:6).
Almasih juga mengatakan:
“Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Matius 15;24).
Ketika Almasih datang orang-orang suku-suku Yahudi tersebar di mana-mana, di luar tanah airnya, dan “domba-domba keluarga Israel telah hilang”. Adalah kenyataan orang-orang Yahudi itu tersebar dari India sampai ke Ethiopia:
“Pada waktu juga dipanggillah pada panitera raja, dalam bulan yang ketiga – yakni bulan Siwan – pada tanggal dua puluh tiga, dan sesuai dengan segala yang diperintahkan Mordekhai dituliskan surat kepada orang Yahudi, dan kepada para wakil pemerintah, para bupati dan para pembesar daerah, dari India sampai ke Ethiopia, seratus dua puluh tujuh daerah, kepada tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya, dan juga kepada orang-orang Yahudi menurut tulisan dan bahasanya (Ester 8:9).
Kalau saja kita terima bahwa Yesus mati di atas tiang salib dalam umur tiga puluh tiga tahun dan selesai masalahnya, berarti bahwa misinya sia-sia (naudzubillah). Yang benar adalah, Yesus telah diturunkan dari tiang salib dalam keadaan hidup dan dia menyampaikan pesan-pesan kepada berbagai suku di mana-mana.
Kesembilan: Almasih, seraya mencela orang-orang Yahudi, mengatakan:
“Supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakaria anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah”(Matius 23:55).
Sekiranya Yesus juga dibunuh di atas kayu salib oleh Yahudi dan darahnya juga mengalir, niscaya dia disebut dan dijadikan kata pemutus. Tetapi, dengan tidak menyebut hal itu, Yesus memang tidak bakal mungkin dibunuh oleh orang-orang Yahudi di atas tiang salib. Menyebut darahnya sendiri seharusnya diutamakannya.
Kesepuluh: Di dalam kitab-kitab Injil yang kecil banyak dikemukakan adalah kata-kata Almasih tentang penderitaan-penderitaannya. Sebelum kejadian itu terjadi dia mengatakan:
  • “Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenai dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka (Matius 17:12).
  • “ Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah halnya kelak Anak Manusia pada hari kedatanganNya. Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini” (Lukas 17:24,25).
  • “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita” (Lukas 22:15).
Sesudah kejadian peristiwa salib, dia mengatakan: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya atas segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya? (Lukas 24:25,26).
Dari kata-kata yang jelas di atas menjadi jelas seterang matahari bahwa Almasih hanya harus memikul penderitaan; sesudah itu akan memperoleh keselamatan, dan tak akan mengalami maut di tiang salib. Sebutan tentang kematian dan pembunuhan lebih bersifat kutipan-kutipan. Adapun kata mati yang tersebut dalam berbagai riwayat dikemukakan secara berlebih-lebihan. Kedua keterangan dapat diterapkan begini: memikul penderitaan yang keras disebut juga sebagai maut. Paulus mengatakan:
“Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar” (I Korintus 15:31).
HAKIKAT KISAH SALIB
Sepuluh dalil tersebut di atas jelas-jelas menunjukkan bahwa Almasih tidak mati di kayu salib. Peristiwa salib sebenarnya ialah orang-orang Yahudi telah berusaha membunuh Almasih. Ia dibawa ke hadapan pengadilan Pemerintah Romawi. Oleh karena penguasa wilayah (gubernur), yaitu Pilatus, melihat Yesus tidak bersalah apa-apa, lalu memutuskan untuk membebaskannya. Kaum Yahudi yang sangat besar pengaruhnya dan kekuatannya terhadap pihak penguasa mengangkat suara yang bernada mengancam:
“Jika engkau membebaskan Dia, engaku bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan kaisar.” (Yohanes 19:12).
Pilatus ketakutan. Dia membuktikan sikap pengecut dan akhirnya menyerah seraya mengatakan:
“Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri” (Matius 27:24).
Ia menyerahkan Yesus untuk disalib dengan kehendak orang-orang Yahudi. Di dalam hati Pilatus ingin menyelamatkan Yesus. Untuk itu dia dalam diam-diam mengadakan cara dan upaya-upaya, satu di antaranya menetapkan agar hari Jumaat ditentukan untuk menaikkan Almasih ke kayu salib. Hari esoknya adalah hari Sabtu, hari khusus ibadat Sabat Yahudi. Untuk hari itu, orang-orang Yahudi harus mengadakan persiapan-persiapan yang cukup memadai. Waktu perlaksanaannya juga diulur-ulurnya hingga tengah hari; hanya tiga jam saja (Injil Yohanes). Waktu selama itu pasti tidak cukup untuk mati di kayu salib gaya masa purba itu. Seorang dokter Eropah terkenal, dr. Dermond Robinson, menulis:
“Orang yang disalib masa itu umumnya memerlukan waktu antara dua puluh empat sampai dua puluh delapan jam untuk mati” (Risalah “DAWN”, 16 Mei 1927 dan “Tafsir Injil Yohanes” Cetakan Kairo, halaman 785).
Menurut hukum (syariat) Yahudi seorang terhukum tidak boleh dibiarkan menggantung di tiang salib setelah matahari terbenam. Karena itu orang-orang Yahudi sendiri meminta izin agar Almasih diturunkan dari kayu salib, selepas tiga jam digantung. Lalu dia diturunkan.
Kaki dua orang penyamun (yang disalib bersama Yesus) dipatah-patahkan supaya mati, tetapi kaki Yesus tidak diapa-apakan oleh anak buah Pilatus. Malahan mereka menyatakan dia sudah mati. Pilatus yang telah bersepakat dengan Yusuf Arimatea (murid tersembunyi Yesus) memanggilnya dan menyerahkan Yesus kepadanya. Dengan bantuan Nicodemus, Yusuf Arimatea mengobati luka-luka Yesus dengan obat-obatan dan rempah-rempah yang sudah diproses sebelumnya hingga akhirnya dia siuman atau sadar kembali. Luka-lukanya diobati dengan ramuan yang disebut “Marham Isa” sampai sekarang yang kita baca dalam buku-buku obat-obatan kuno. Dengan demikian Pilatus berhasil “cuci tangan” (melepas tanggungjawab) demikian rupa hingga tidak saja Yesus diselamatkan dari kematian disalib juga orang-orang Yahudi tidak dapat mengadukan Pilatus kepada Kaisar. Mereka mengira Yesus telah mati lalu mengatakan bahwa mereka telah berhasil membunuh Yesus dan membuat pengakuan bahwa risalah dari Tuhan gagal total. Murid-murid Almasih sendiri melarikan diri lebih dulu, tidak sanggup menghadapi orang-orang Yahudi. Bahkan mereka juga tunduk dan menerima apa juga yang dikatakan orang-orang Yahudi itu. Mereka juga mengatakan Yesus telah mati terbunuh di tiang salib. Namun, dia berhasil bangkit dari tengah orang-orang mati dan sekarang hidup. Untuk menyembunyikan kelemahan mereka dan karena tidak dapat membuktikan bahwa Yesus masih hidup, mereka mulai mengatakan dia telah naik ke langit. Mereka mengakui Yesus yang bersih dan tak bersalah itu mati terkutuk. Ini semata-mata dikarenakan kelemahan iman orang-orang Kristen permulaan dan kepolosan mereka yang terkenal itu. Boleh jadi khayalan Yesus naik ke langit itu diciptakan seseorang yang cerdik untuk mengalihkan perhatian orang-orang Yahudi dan ini kemudian dijadikan sebagai akidah.
Singkatnya, orang-orang Yahudi dan Kristen tetap dalam keadaan ini hingga Nabi Muhammad s.a.w. datang dengan bantuan Roh Suci membawa kebenaran ke dunia. Dengan keberkatan wahyu Illahi beliau mengusir awan kejahilan. Beliau membersihkan Almasih dari kutukan Yahudi dan Kristen secara terbuka dan menyatakan:
“Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang pembunuhan Isa benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi yang sebenarnya Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Qur’an 4:157, 158).
Jangan hendaknya ada orang Kristen yang melihat kebenaran nyata ini dengan menganggapnya aneh. Kebenaran ini sejalan dengan akal dan dibuktikan oleh kesaksian. Kebenaran ini menjamin kehormatan Yesus dan menggenapi nubuatan-nubuatan dalam Kitab Suci. Di dunia kejadian-kejadian pingsan seperti itu sering terjadi, dan senantiasa membuat kita keliru menyangka mati. Bibel sendiri mengatakan:
“Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati. Akan tetapi ketika murid-murid itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe” (kisah Para Rasul 14:19-20).
Bersambung….

1 comment:

Obat Penyakit Gula Darah said...

semoga saja orang-orang dapat membaca artikel ini dan membuka pintu hatinya, untuk menuju ke jalan lebih benar :)

My Blog Stats