ERP : Apa itu ERP

ERP adalah software. Bisa berjalan sebagai aplikasi desktop, bisa juga sebagai webapps (aplikasi web), dan biasanya punya aplikasi mobile...

Monday, October 13, 2014

Sebab-Sebab Pengampunan Bag. 2

Diantara sebab-sebab pengampunan (lanjutan):
Kesebelas: Banyak Berdzikir kepada Allah Subhânahû Wa Ta’âlâ
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman,
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ
“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang berdzikir.” [Hûd: 114]

Kedua Belas: Bertaubat
Allah Jalla Jalâluhû  berfirman,
وَإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِنَا فَقُلْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ أَنَّهُ مَنْ عَمِلَ مِنْكُمْ سُوءًا بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَصْلَحَ فَأَنَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Apabila orang-orang, yang beriman kepada ayat-ayat Kami, datang kepadamu, katakanlah, ‘Salâmun ‘alaikum ‘keselamatan atas kalian’.’ Rabb kalian telah menetapkan kasih sayang atas diri-Nya, (yaitu) bahwa barangsiapa di antara kalian yang berbuat kejahatan lantaran kejahilan, kemudian bertaubat setelah mengerjakan hal itu dan mengadakan perbaikan, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al-An’âm: 54]

Ketiga Belas: Menjaga Diri di Atas Jalan Petunjuk
Allah Subhânahû Wa Ta’âlâ berfirman,
وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal shalih, kemudian tetap di atas jalan petunjuk.” [Thâhâ: 82]

Keempat Belas: Memurnikan Ibadah Hanya untuk Allah ‘Azza Wa Jalla, Tiada Sekutu bagi-Nya
Allah Subhânahû Wa Ta’âlâ berfirman,
وَالَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلَمْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ أُولَئِكَ سَوْفَ يُؤْتِيهِمْ أُجُورَهُمْ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya serta tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka (para rasul), kelak Allah akan memberi pahala kepada mereka. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [An-Nisâ`: 152]
Allah juga menjelaskan ucapan sekelompok jin, yang telah beriman kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana dalam firman-Nya,
يَا قَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَآمِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ
“Wahai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah, dan berimanlah kepada-Nya. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian dan melepaskan kalian dari adzab yang pedih.” [Al-Ahqâf: 31]
Makna keimanan dalam dua ayat di atas adalah pemurnian ibadah hanya kepada Allah tanpa menodai ibadah itu dengan kesyirikan.

Kelima Belas: Mengikuti dan Mencontoh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman,
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah, ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah saya. Niscaya Allah mengasihi kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.’ Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Âli ‘Imrân: 31]

Keenam Belas: Beradab kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan Sunnah Beliau
Allah Jalla Jalâluhû berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ أُولَئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَى لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suara mereka di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang hati mereka telah Allah uji untuk bertakwa. Bagi mereka, ampunan dan pahala yang besar.” [Al-Hujurât: 3]

Ketujuh Belas: Bertakwa kepada Allah dengan Cara Menjalankan Segala Perintah dan Meninggalkan Segala Larangan-Nya
Allah Subhânahû Wa Ta’âlâ berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberi furqan kepada kalian, menjauhkan kalian dari kesalahan-kesalahan kalian, dan mengampuni (dosa-dosa) kalian. Dan Allah Maha mempunyai karunia yang besar.” [Al-Anfâl: 29]

Kedelapan Belas: Berucap yang Lurus dan Baik
Allah Subhânahû Wa Ta’âlâ berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang lurus nan baik. Niscaya Allah memperbaiki amalan-amalan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian, dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” [Al-Ahzâb: 70-71]

Kesembilan Belas: Takut kepada Allah ‘Azza Wa Jalla
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman,
إِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ
“Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Yang Maha Pemurah, walaupun dia tidak melihat-Nya. Maka, berilah kabar gembira kepada mereka dengan ampunan dan pahala yang mulia.” [Yâsîn: 11]
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman pula,
إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Rabb mereka, walaupun dia tidak melihat-Nya, bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.” [Al-Mulk: 12]

Kedua Puluh: Bertawakkal kepada Allah Jalla Jalâluhû
Allah Jalla Jalâluhû berfirman,
نَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (2) الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3) أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang, bila disebut nama Allah, gemetarlah hati-hati mereka, dan apabila ayat-ayat-Nya dibacakan, bertambahlah iman mereka (karena hal itu), dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal. (Yaitu), orang-orang yang mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh ketinggian beberapa derajat, di sisi Rabb mereka, serta ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia.” [Al-Anfâl: 2-4]
Ayat-ayat di atas menyebut bahwa berdzikir, rasa takut, bertawakkal, mendirikan shalat, dan berinfak adalah sebab pengampunan dosa.

Kedua Puluh Satu: Bersyukur atas Segala Nikmat Allah Subhânahû Wa Ta’âlâ
Allah Subhânahû Wa Ta’âlâ berfirman,
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kalian tak dapat membilangnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [An-Nahl: 18]

Demikian beberapa sebab pokok dari berbagai sebab pengampunan. Selain itu, banyak amalan yang merupakan sebab pengampunan yang belum sempat dijelaskan di sini, yakni menyempurnakan wudhu, mengerjakan shalat fardhu, shalat Rawatib, dan shalat Lail, berpuasa sunnah, berjihad, berakhlak mulia, berdzikir saat mendengar adzan, mengamini bacaan Al-Fatihah, menunaikan dzikir setelah shalat, berzakat, mengerjakan haji mabrur, membangun masjid, mengajarkan kebaikan kepada manusia, dan sebagainya.[1]


Sumber : http://dzulqarnain.net/sebab-sebab-pengampunan-bag-2.html

Sebab-Sebab Pengampunan Bag.1

Di antara hal terpenting bagi seorang hamba guna menggapai pengampunan Allah Subhânahû Wa Ta’âlâ  adalah mengetahui berbagai amalan dan tuntunan yang menjadi sebab gugurnya dosa dan datangnya pengampunan.
Allah Subhânahû Wa Ta’âlâ berfirman,
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang jujur, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang menjaga kehormatannya, serta laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan ampunan dan pahala yang besar untuk mereka.” [Al-Ahzâb: 35]
Allah ‘Azza Wa Jalla  juga berfirman,
وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal shalih, kemudian tetap di atas jalan petunjuk.” [Thâhâ: 82]
Dua ayat di atas menjelaskan tiga belas amalan yang, siapa saja yang mengerjakan dan bersifat dengan amalan tersebut, dijanjikan pengampunan untuknya.

Pertama: Keislaman
Berislam adalah berserah diri kepada Allah dengan cara menunaikan ibadah hanya untuk-Nya, mengikatkan diri melalui ketaatan kepada-Nya, serta berlepas diri terhadap segala jenis kesyirikan dan pelakunya.
Barangsiapa yang menegakkan makna keislaman ini, dalam bentuk melaksanakan rukun-rukun Islam dan berbagai hal yang menyempurnakan rukun-rukun tersebut, sungguh pengampunan dan pahala yang besar telah terjamin untuknya sebagaimana firman Allah ‘Azza Wa Jalla dalam surah Al-Ahzâb tadi.
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman pula,
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Siapakah yang perkataannya lebih baik daripada orang yang menyeru kepada Allah, beramal shalih, dan berkata, ‘Sesungguhnya saya termasuk ke dalam golongan orang-orang yang berserah diri.’?” [Fushshilat: 33]
Pedihnya siksaan pada hari kiamat menjadikan orang-orang kafir berangan-angan untuk menjadi seorang muslim yang aman terhadap siksaan.
Allah Subhânahû Wa Ta’âlâ berfirman,
رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ
“Orang-orang kafir itu (nanti di akhirat) seringkali ingin agar kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.” [Al-Hijr: 2]

Kedua dan Ketiga: Keimanan dan Amalan Shalih
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman,
فَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
“Maka orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia.” [Al-Hajj: 50]

Keempat: Qunut (Tenang dalam Ketaatan)
Allah ‘Azza Wa Jalla memuji mereka, orang-orang yang qunut, dalam firman-Nya,
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
“(Apakah kamu, wahai orang musyrik, yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (adzab) akhirat dan mengharap rahmat Rabb-nya? Katakanlah, ‘Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” [Az-Zumar: 9]
Istri-istri Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang memiliki sifat ini telah diberi jaminan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla berupa pahala berdasarkan firman-Nya,
وَمَنْ يَقْنُتْ مِنْكُنَّ لِلَّهِ وَرَسُولِهِ وَتَعْمَلْ صَالِحًا نُؤْتِهَا أَجْرَهَا مَرَّتَيْنِ وَأَعْتَدْنَا لَهَا رِزْقًا كَرِيمًا
“Dan barangsiapa di antara kalian (istri-istri nabi) yang qunut kepada Allah dan Rasul-Nya dan beramal shalih, niscaya Kami memberi pahala dua kali lipat kepadanya dan Kami menyediakan rezeki yang mulia baginya.” [Al-Ahzâb: 31]

Kelima: Kejujuran
Kejujuran adalah benar dalam ucapan dan perbuatan, bersungguh-sungguh dalam hal menjalankan perintah dan menjauhi larangan.
Dalam kisah tentang tiga orang shahabat yang tidak menghadiri perang Tabuk, Allah Subhânahû Wa Ta’âlâ menerima taubat mereka lantaran kejujuran mereka. Kemudian, kejujuran mereka ini menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman, yang hidup pada masa setelah mereka, sebagaimana firman-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang jujur.” [At-Taubah: 119]

Keenam: Kesabaran
Kesabaran, dengan berbagai jenisnya –sabar dalam hal menjalankan ketaatan, sabar dalam hal meninggalkan larangan, dan sabar dalam hal menerima ujian-, adalah salah satu sebab penggugur dosa.
Allah Subhânahû Wa Ta’âlâ berfirman,
إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ
“Kecuali orang-orang yang bersabar dan mengerjakan amal-amal shalih, mereka itu memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” [Hûd: 11]

Ketujuh: Khusyu’
Khusyu’ adalah ketenangan, tuma’ninah, dan hal merendahkan diri yang muncul karena adanya rasa takut kepada Allah Subhânahû Wa Ta’âlâ dan karena merasa diawasi oleh Allah Subhânahû Wa Ta’âlâ.
Ini adalah sifat para nabi, yang senantiasa mendapat pengampunan.
Allah Subhânahû Wa Ta’âlâ berfirman,
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan baik, dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” [Al-Anbiyâ`: 90]

Kedelapan: Bersedekah
Allah menyatakan bahwa diri-Nya Maha Pengampun kepada orang-orang yang bersedekah melalui firman-Nya,
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ. لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka secara diam-diam dan terang-terangan, mereka mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugikan. (Hal ini) agar (Allah) menyempurnakan pahala mereka kepada mereka dan menambah karunia-Nya kepada mereka. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” [Fâthir: 29-30]
Selain itu, Allah Subhânahû Wa Ta’âlâ berfirman,
إِنْ تُقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ
“Jika kamu meminjamkan pinjaman yang baik kepada Allah, niscaya Allah melipatgandakan balasan hal itu kepada kalian dan mengampuni kalian. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.” [At-Taghâbûn: 17]

Kesembilan: Berpuasa
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan hal mengharap pahala, akan diampuni untuknya dosa­-dosanya yang telah lalu.” [1]

Kesepuluh: Menjaga Kemaluan terhadap Hal yang Diharamkan
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ يَضْمَنْ لِيْ مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang memberi jaminan bagiku untuk menjaga sesuatu yang berada di antara kedua jenggotnya dan di antara kedua pahanya, saya memberi jaminan surga untuknya.” [2]

Bersambung… ke http://www.teknoislam.com/2014/10/sebab-sebab-pengampunan-bag-2.html

Sumber : http://dzulqarnain.net/sebab-sebab-pengampunan-dosa-bag-1.html

Seputar Hari-Hari Tasyriq

Hari-hari Tasyriq merupakan hari-hari yang sangat agung. Itulah hari-hari yang disebutkan dalam firman Allah ‘Azza wa Jalla,
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
“Dan berdzikirlah kalian (dengan menyebut nama) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.” [Al-Baqarah: 203]
Yang dimaksud dengan “beberapa hari yang berbilang” dalam ayat adalah hari-hari Tasyriq. Beberapa ulama menyebut bahwa tidak ada silang pendapat tentang hal tersebut.
Yang dimaksud dengan hari-hari Tasyriq adalah tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Tasyriq berarti memanasi sesuatu di bawah terik matahari. Disebut ­demikian karena, pada hari-hari itu, manusia memotong kemudian menjemur daging hewan qurban dan sembelihan mereka di bawah terik matahari.

Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam juga menjelaskan tentang hari-hari Tasyriq ini. Dari Nubaisyah Al-Hudzaly radhiyallâhu ‘anhu, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ ، وفي رواية ، وَذِكْرٍ لِلَّهِ
“Hari-hari Tasyriq adalah hari-hari makan dan minum,” dalam sebuah riwayat (disebutkan), “Serta (hari-hari) berdzikir kepada Allah.” [1]
Hadits di atas menunjukkan tiga perkara:
Pertama, hari-hari Tasyriq adalah hari-hari makan dan minum serta untuk menampakkan kegembiraan, kesenangan, dan melapangkan pemberian kepada anak dan keluarga. Tidak mengapa bila seseorang agak meluas dalam mengonsumsi daging dan makanan selainnya sepanjang perbuatan tersebut tidak tergolong ke dalam bentuk berlebihan, mubadzir dan pemborosan harta.
Kedua, hari-hari Tasyriq adalah hari-hari untuk memper­banyak dzikir kepada Allah, baik dzikir secara umum maupun dzikir secara khusus dalam bentuk memperbanyak takbir, tahlil, dan tahmid. Walaupun disyari’atkan dalam segala keadaan, dzikir pada hari-hari Tasyriq lebih ditekankan dan dianjurkan. Oleh karena itu, seorang muslim hendaknya memanfaatkan waktunya sebaik mungkin pada hari-hari tersebut dan jangan terseret oleh arus kebiasaan jelek kebanyakan manusia, yang menghabiskan waktunya pada hari­-hari mulia dengan hal yang tidak berguna, bahkan tidak jarang menghabiskan waktunya dengan mengerjakan dosa dan maksiat.
Ketiga, hari-hari Tasyriq, sebagaimana ‘Idul Fitri dan ‘Id An-Nahr, adalah waktu yang diharamkan untuk berpuasa. Siapa saja yang biasa berpuasa senin-kamis, puasa Dâwud, atau puasa Ayyamul Bidh (tanggal 13, 14, 15) tidak diperbolehkan melakukan rutinitas tersebut. Namun, siapa saja yang menunaikan ibadah haji dengan cara haji tamattu’, kemudian tidak mampu menyembelih hadyu (sembelihan haji, disebut dengan dam menurut istilah orang-orang Indonesia), diperbolehkan untuk ber­puasa pada hari-hari Tasyriq berdasarkan hadits lbnu Umar dan Aisyah radhiyallâhu ‘anhum bahwa keduanya berkata,
 لَمْ يُرَخَّصْ فِيْ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ أَنْ يُصَمْنَ ، إِلاَّ لِمَنْ لَمْ يَجِدِ الْهَدْيَ
“Tidak seorang pun yang diberi keringanan untuk berpuasa pada hari-hari Tasyriq, kecuali bagi siapa saja yang tidak mampu (menyembelih) hadyu.” [2]

Tulisan dari : dzulkarnain.net 
Tulisan Asli : http://dzulqarnain.net/seputar-hari-hari-tasyriq.html

My Blog Stats