ERP : Apa itu ERP

ERP adalah software. Bisa berjalan sebagai aplikasi desktop, bisa juga sebagai webapps (aplikasi web), dan biasanya punya aplikasi mobile...

Sunday, February 03, 2013

Berfikir Tentang Mengenyahkan Korupsi ?

Akhir-akhir ini berita di dominasi oleh 2 berita mengenai narkoba dan korupsi. Keduanya menjadi booming karena melibatkan artis dan juga politikus. Untuk kasus pertama, kasus seorang pembawa acara yang dituduh membuat rumah pribadinya menjadi tempat pesta narkoba rutin. Tapi dalam beberapa hari setelah di tangani oleh BNN, satu dei satu kumpulan artis tersebut dilepas.

Tapi bukan itu yang ingin saya komentari , tapi kasus yang lain kasus korupsi SAPI yang melibatkan Presiden salah satu Parpol berbasis ISLAM, yang dalam kejadiannya melibatkan seorang mahasiswi dan bertanransaksi bersama dalam kamar hotel.

Dengan cepat semua berkomentar, Facebook jadi ramai, ada yang mencibir , ustadz saja bisa korupsi, parpol Islam aja ketuanya korupsi, bawa cewek ke hotel lagi dan lain sebagainya. Dan hari ini di televisi, perwakilan parpol tersebut menggelar ide membuat tobat nasional.

Sebenarnya apa yang membuat korupsi begitu mewabah ? begitu bombastis, dan juga di sisi lain menjadi sangat biasa, sangat sepele, menjadi seperti komoditas murahan yang ingin menyisipkan kepentingan-kepentingan tertentu di tengah kasus korupsi tersebut.

Menurut saya yang awam ini, korupsi di Indonesia sekarang, seperti dagangan laku yang punya 2 sisi mata pisau yang tajam. Satu untuk menenggelamkan si pelaku beserta variabel yang terikut di sekitarnya (sebut saja, partai, suku, ideologi bahkan agama) satunya untuk menjadi anak tangga yang digunakan untuk mengambil keuntangan, untuk naik ke permukaan dengan segala komentar , prediksi maupun cibiran terhadap kejadian tersebut.

Dan adegan-adegan tersebut sudah berlangsung bertahun-tahun di negeri kita ini, cenderung membosankan, dan kita semua sudah paham, mereka saling mengalihkan issue satu sama lain. Cuman yang membuat saya bingung, mengapa hal ini tidak bisa di enyahkan ? atau tidak mau, dengan alasan begitu banyaknya fungsi dari adegan-adegan korupsi tersebut.

Korupsi bisa dibuat untuk menjatuhkan figur, ketokohan, membuat nama baik menjadi buruk, membuat rumah tangga berantakan, membuat parpol goyah, membuat pejabat mundur atau terpaksa mundur, bahkan membuat seseorang batal jadi presiden.

Korupsi bisa digunakan untuk menaikkan pamor tokoh, pamor parpol, lembaga, atau seseorang hanya dengan menjadi figur paling vocal dalam menguak adegan korupsi dogol tersebut (sorry terbawa suasana hehehe)

Tapi kembali, kenapa tidak di enyahkan ?
Di China, Presiden China sendiri telah menyiapkan 100 buah peti mati untuk seluruh pejabat di pemerintahan yang punya kemungkinan untuk melakukan korupsi, dan masing masing peti tersebut di simpan di ruangan kerja si pejabat bersangkutan. Ini di negara notabene Komunis, tidak mengenal Ketuhanan.
Mengapa di Indonesia yang notabene negara ber-Ketuhaan justru paling memble dan pengecut dalam hal melawan korupsi ?

Ada beberapa jawaban yang jelas hanya bersifat personal dari saya sendiri yang saya coba urutkan disini :

1.  Korupsi sudah berakar sampai ke entitas terkecil di Indonesia. Berawal dari keluarga. Istri mana yang tidak berbohong sekarang masalah duit terhadap suaminya, dan begitu pula sebaliknya. Otomatis akan turun kepada anak-anak.
2.  Korupsi ada di kantor, di sekolah, di toko, di partail bahkan di Mushallah dan tempat peribadatan. karena agama sekarang ini tidak lebih dianggap sebagai software yang bisa digunakan tapi tidak bisa menyakiti, berbeda dengan hardware yang bisa bikin benjol hahahaha
3.  Korupsi ada di kantor. Para pemimpin berteriak jangan korupsi, tapi ceroboh dalam zakat, ceroboh dalam berbagi, dan ceroboh (walau saya tidak 100% setuju pajak) membayar pajak.  
4.  Undang-undang Korupsi sangat flexible, dan segalanya masih bisa di atur. Mengapa, karena semua pejabat dari perangkat desa sampai presiden sendiri tahu, bahwa saat Undang-Undang Korupsi yang benar benar BENAR di buat maka, mulai bawah sampai atas harus bertanggung jawab.

Solusi ?
Kembali ke Punishment dan rewarding. Simple. Kembali ke Rules Of The GOD.
Sebagai orang ISLAM saya menyarankan hukum ISLAM sebagai pondasi penegakan hukum.
Maka sekali seseorang mencuru, dan kedapatan serta terbuktikan maka, tangan meraka akan di potong, di depan khalayak ramai sebagai syiar dan percontohan, dan akan seumur hidup menanggung pembuktian tersebut, yang otomatis akan membuat efek jera.
Tapi by the way, kalau sekrang kita implementasikan, bisa bisa kita memecahkan record sebagai negara dengan pejabat bertangan satu terbanyak sepanjang sejarah hahahahha..

Tertawa, miris...

No comments:

My Blog Stats